BANDUNG – Setelah terbukti sukses, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) (“PT INTI (Persero)”) melalui anak usahanya, PT INTI Konten Indonesia (“PT INTENS”) lanjut menggenjot implementasi teknologi ‘Manajemen Sampah Zero’ (MASARO) untuk menggarap pengelolaan sampah terpadu di berbagai daerah, seperti Magelang, Gorontalo, Bali, dan Garut.
Aksi agresif INTI Group tersebut diawali lewat penandatanganan kontrak Surat Pesanan Pemerintah Kota Dumai tertanggal 20 September 2022 untuk pembangunan Sistem Pengolahan Sampah (MASARO) berkapasitas 10 ton yang terdiri dari unit pemilahan, instalasi pengolahan sampah anorganik (IPSA), rumah kompos MASARO (RKM), dan sarana pendukung.
“Perseroan yakin melalui berbagai aksi korporasi yang dieksekusi oleh induk dan anak usaha INTI Group, PT INTI (Persero) akan terus tumbuh ekspansif sebagai BUMN teknologi,” ungkap Vice President Corporate Secretary PT INTI (Persero) Delvia Damayanti, Jumat (31/03).
Pembangunan sistem yang sukses membuat Kota Dumai mengoptimalkan seluruh sampahnya menjadi produk bernilai ekonomis serta meraih apresiasi Piala Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 1 Maret 2023, untuk pertama kalinya sejak tahun 1999 itu, menstimulasi Pemerintah Kota Dumai untuk membangun fasilitas berikutnya dengan kapasitas yang lebih besar. Hal tersebut dieksekusi melalui penandatanganan kontrak Surat Pesanan Pemerintah Kota Dumai tertanggal 24 Maret 2023 untuk melanjutkan pembangunan instalasi pengelolaan sampah terpadu dengan teknologi MASARO berkapasitas 30 ton. Pembangunan fasilitas tersebut rencananya akan dilaksanakan pada April 2023.
“PT INTENS sebagai bagian dari PT INTI (Persero), sebuah BUMN teknologi nasional, berkomitmen untuk mereplikasi pemanfaatan teknologi MASARO dalam pengelolaan sampah terpadu yang benar-benar ‘zero waste’ ke berbagai daerah. Perangkat teknologi ini dapat diakses via e-catalog sehingga sangat memudahkan birokrasi,” ungkap Direktur PT INTENS Rizqi Ayunda Pratama.
Sistem Pengolahan Sampah MASARO yang merupakan hasil kolaborasi antara PT INTENS dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, jelas Rizqi Ayunda, secara fundamental diimplementasikan untuk mengubah paradigma cost center (Kumpul – Angkut – Buang) menjadi profit center (Pilah – Angkut – Proses – Jual). “Dengan demikian, semua sampah yang terolah menjadi produk berharga. Tidak ada sampah yang dibuang ke TPS (tempat pembuangan sementara) dan TPA (tempat pembuangan akhir),” ujar Rizqi Ayunda.
Berdasarkan data yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, tercatat volume sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton dan pada tahun 2022 meningkat hingga 70 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 24 persen atau sekitar 16 juta ton di antaranya berupa sampah yang tidak dikelola. Hal ini menandakan bahwa jumlah dan jenis sampah terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi.
Berbekal dari kondisi itulah, PT INTENS dan MASARO yang dikembangkan oleh ITB berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah solusi sampah untuk negeri. Teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan sampah terpadu tersebut mengubah sampah organik menjadi media tanam, kompos, pupuk organik cair, dan konsentrat organik cair. Bahkan, sampah anorganik yang telah melalui pemprosesan dalam sistem MASARO pun dapat diubah menjadi media tanam, pengawet kayu, pestisida organik, dan bahan bakar minyak.
“Masing-masing jenis sampah diolah sesuai dengan prosesnya masing-masing untuk menghasilkan produk yang memiliki value added. Melalui skema ini, sampah betul-betul menjadi zero. Dengan demikian, pemerintah bisa lebih menghemat anggaran untuk pengolahan sampah,” jelas Prof. Ahmad Zaenal Arifin, selaku inventor. Adapun ITB merupakan pemilik paten MASARO.
Dalam Sistem Pengolahan Sampah (MASARO), lanjut Ahmad Zaenal Arifin, terdapat lima prinsip penerapan teknologi, yaitu pemilahan sampah di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan industri, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta pembuatan manajemen untuk program berkelanjutan. Selain itu, teknologi MASARO ini membagi sampah dari masyarakat menjadi lima kategori yang terdiri dari sampah membusuk, sampah plastik film, sampah waste to energy (WTE), sampah daur ulang, dan sampah bahan berbahaya (B2).
Selanjutnya, Wali Kota Dumai Paisal berencana untuk mengoptimalkan manfaat Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu dengan teknologi milik anak bangsa ini hingga kapasitas maksimalnya sebesar 100 ton per hari. “Secara bertahap kami berencana melengkapi sarana dan prasarana, juga pengolahan TPA yang terus kita benahi menjadi Instalasi pengelolaan sampah terpadu,” kata Paisal.
***